Jumat, 24 Juni 2011

LAPORAN PRAKTIKUM KESEIMBANGAN TUBUH IKAN

I. PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah-ubah dan berkembang, Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan. Pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi.
Fisiologi ikan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat hidup (organ, jaringan, atau sel) dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Ikan dapat menjaga keseimbangan dalam air karena memiliki organ-organ keseimbangan. Organ-organ keseimbangan tersebut yaitu, linea lateralis (gurat sisik), gelembung renang, dan sirip. Apabila salah satu bagian organ keseimbangan tersebut tidak berfungsi, maka akan sangat berpengaruh terhadap kestabilan tubuh.
Ikan air tawar proses keseimbangan ditandai dengan banyak mengeluarkan urine dan sedikit minum, karena konsentrasi di dalam tubuh lebih besar dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam tubuh ikan memiliki keseimbangan, ikan mujair mempunyai gelembung renang dan sirip. Gelembung renang hanya terdapat pada ikan teleostei, gelembung renang berfungsi sebagai alat hidrostatik untuk menyesuaikan diri dengan tekanan air terhadap tubuhnya, sebagai alat bantu pernapasan dan alat resonasi udara.
Dalam dunia perikanan pengetahuan tentang cara mengontrol keseimbangan air antara tubuh dan lingkungan sangat penting karena menyangkut metalitas dan survival rate dari ikan itu sendiri. Melihat pentingnya hal itu maka praktikum Keseimbangan Tubuh Ikan ini  dilaksanakan.
1.2     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum Fisiologi Biota Air tentang Keseimbangan Tubuh Ikan adalah untuk mengetahui reaksi tubuh ikan jika alat keseimbangan tubuhnya dirusak. Sedangkan kegunaan diadakannya praktikum yaitu agar para praktikan dapat melihat secara langsung pergerakan pada ikan serta dapat memperoleh informasi tambahan tentang kemampuannya dalam mempertahankan keseimbangan.




II.  TINJAUAN PUSTAKA
Fujaya (1999) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya.
Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu (Fujaya, 2004).
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi. Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu sirip dorsal, sirip pectoral, sirip ventral, sirip caudal, dan sirip anal (http://www.entahsiapa15.wordpress.com)
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh ikan hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya sebagai hewan yang hidup di air, baik itu di perairan tawar maupun di perairan laut menyebabkan ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arah arus, karenanya ikan dilengkapi dengan organ yang dikenal sebagai linea lateral (Fujaya, 2008).
Linea lateralis merupakan salah satu bagian tubuh ikan yang dapat dilihat secara langsung sebagai garis yang gelap di sepanjang kedua sisi tubuh ikan mulai dari posterior operculum sampai pangkal ekor (peduncle). Pada linea lateralis terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk menghubungkan kondisi luar tubuh dengan sistem canal yang menampung sel-sel sensori dan pembuluh syaraf (Afandi, 1992)
Beberapa jenis ikan yang hidup di air deras seringkali memiliki gelembung renang yang kecil atau bahkan hampir hilang sama sekali, karena dalam kondisi demikian gelembung renang boleh dikatakan tidak ada fungsinya. Untuk ikan-ikan jenis ini, kondisi gelembung renang demikian adalah normal dan bukan merupakan suatu gejala penyakit. Mereka biasanya hidup di dasar atau menempel pada dekorasi atau benda-benda lain dalam akuarium (http://www.o-fish.com)
Menurut Pratigyo (1984), didalam perut ikan terdapat organ yang tampak memanjang. Organ dalam tersebut adalah gelembung renang. Gelembung renang disebut juga pnematosis, berfungsinya sebagai pengatur daya apung ikan di dalam air. Sehingga dinamakan alat hidrostatik. Pembuluh darah pada dinding gelembung renang tersebut menyerap atau mengeluarkan gas yang dipengaruhi oleh urat syaraf.
Saanin (1984), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.
Klasifikasi ikan mujair (Oreochromis mossambicus) menurut Kimball (1994) adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
  Sub kelas : Teleostei
    Ordo : Percomorphi
      Sub-ordo : Percoidea
        Famili : Cichlidae
         Genus : Oreochromis
           Species : Oreochromis mossambicus
Ikan mujair berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau kuning. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari (http://www. ikanmania.wordpress.com)



III.  METODE PRAKTEK
3.1   Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Fisiologi Biota Air tentang Keseimbangan Tubuh Ikan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 18 April 2011, dimulai dari pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Biota Air tentang Keseimbangan Tubuh Ikan yaitu Akuarium, gunting / pisau dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Ikan mujair (Oreochromis Mosambicus) dan air.
3.3    Prosedur Kerja
1.      Mengisi akuarium dengan air, lalu memasukkan ikan mujair dalam keadaan normal ke dalam akuarium lalu mengamati pergerakannya kebawah, ke atas, ke samping kiri dan kanan dan reaksi terhadap pengaruh luar.
2. Mengambil lagi seekor ikan mujair dan memotong sirip Dorsal, kemudian memasukkan ke dalam akuarium sambil mengamati pergerakannya.
3.   Mengambil lagi seekor ikan mujair dam memotong sirip Pectoral, kemudian melepaskan ke dalam akuarium sambil mengamati pergerakannya.
4. Mengambil lagi seekor ikan mujair dan memotong sirip ventral dan melepaskan ke dalam akuarium sambil mengamati pergerakannya.
5. Melakukan hal yang sama terhadap ikan mujair yang baru dan memotong sirip anal kemudian mengamati pergerakan ikan tersebut.
6.  Melakukan hal yang sama kembali terhadap ikan mujair yang baru dan memotong sirip caudal lalu mengamati pergerakan ikan tersebut di dalam akuarium.
7. Melakukan lagi hal yang sama pada ikan mujair yang baru dengan memotong semua sirip pectoral, ventral, dorsal,caudal dan anal lalu mengamati pergerakannya di dalam akuarium.
8. Mengambil ikan mujair dan mencabuti sisik yang ada pada linea latelarisnya, dan mengambil lagi seekor ikan mujair dan merusak linea latelarisnya serta mengamati pergerakan kedua ikan tersebut sambil membandingkan setiap perlakuan dengan ikan pada keaadaan normal.


IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan pada pengamatan maka di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Pemotongan Sirip dan ciri-ciri ikan
Gambar Pemotongan Sirip
Ciri-ciri
Normal
Keseimbangan Normal dan stabil, Pergerakannya lincah dan semua siripnya berfungsi dengan baik dan masih bereaksi terhadap pengaruh dari luar
Dorsal
Pergerakan ikan tidak seimbang, tidak bisa berenang lurus dan kepalanya selalu menghadap ke bawah (menukik)
Pectoral
Keseimbangan sudah tidak stabil, kepala ikan selalu mengarah kebawah dan rapat ke sampai dasar, bergerak / berenang selalu menabrak dinding akuarium serta sulit untuk berbelok dan berenang.
Ventral
Hilang kestabilan, Pergerakannya lambat dan selalu miring ke samping, susah untuk membelok dan selalu menabrak dinding akuarium.
Anal
Pergerakan tidak baik, bergerak miring, selalu mengarah keatas permukaan, kepala sering terangkat, kecepatannya untuk belok agak lambat karena sirip anal adalah salah satu yang dapat membantu ikan sewaktu membelok.
Caudal
pergerakannya lambat, ikan cenderung diam, berenang miring, tidak dapat membelok dan sesekali menabrak dinding akuarium.
Semua sirip
Pergerakan ikan tidak stabil, tidak bisa naik ke permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas tidak bisa menyimbangkan tubuhnya
Sisik
Gerakan ikan agak kacau dan lebih sering menabrak dinding akuarium.
Linea lateralis dirusak
Ikan sulit mengontrol gerakan, selalu bergerak ke pinggir dan menabrak dinding akuarium, keseimbangan tubuh tidak teratur dan tubuh lebih miring kekiri.

4.2     Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum  yang dilakukan pada  kesimbangan tubuh ikan, pada keadaan normal ikan bergerak dalam keadaan stabil sama seperti ikan yang biasanya karena siripnya masih lengkap dan pergerakan ikan masih sangat lincah serta masih dapat bereaksi terhadap pengaruh luar. Menurut Kimball ( 1994), bahwa Tiap-tiap sirip dari ikan memiliki fungsi masing-masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan dan menjaga teraturnya pergerakan ikan dalam air tersebut.
Pada pemotongan sirip dorsal (sirip punggung), Pergerakan ikan tidak seimbang dan kepalanya selalu menghadap ke bawah (menukik). Hal ini  sesuai yang dikemukkan oeh Fujaya (2008), hilangnya alat keseimbangan pada tubuh ikan mujair yaitu sirip dorsal, dimana sirip dorsal ini memiliki fungsi sebagai organ pelurus gerak pada ikan yang berenang di dalam air.
Pada pengamatan  pemotongan sirip pectoral, keseimbangan ikan sudah tidak stabil, kepala ikan selalu mengarah kebawah dan rapat ke sampai dasar, bergerak / berenang selalu menabrak dinding akuarium serta sulit untuk berbelok dan berenang.  Menurut Saanin (1984),  pada pemotongan sirip pectoral pada ikan dimana terlihat perubahan pada ikan menjadi lebih banyak diam, badannya miring dan mengalami kesulitan dalam membelok, sirip pectoral (sirip dada) dapat berfungsi sebagai penyeimbang tubuh dan sebagai alat pembelok yang terletak disamping kanan dan kiri ikan. Sirip pectoral juga dapat berfungsi sebagai alat untuk berenang serta dapat berfungsi sebagai tungkai.
Melihat hasil pengamatan pada pemotongan sirip ventral (sirip perut), diketahui bahwa ikan hilang kestabilan, pergerakannya lambat dan selalu miring ke samping, susah untuk membelok dan selalu menabrak dinding akuarium. Menurut Fujaya (2004), Sirip ventral adalah sirip yang berada pada bagian perut ikan di bagian bawah sirip pectoral (sirip dada), berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
Pada waktu sirip anal dipotong pergerakan ikan tidak baik, bergerak miring kesamping, selalu mengarah keatas permukaan, kepala sering terangkat, kecepatannya untuk belok agak lambat karena sirip anal adalah salah satu yang dapat membantu ikan sewaktu membelok. Menurut  Afandi (1992) sirip anal adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
Pada pemotongan sirip caudal pergerakannya lambat, ikan cenderung diam, berenang miring, tidak dapat membelok dan sesekali menabrak dinding akuarium. Hal ini sesuai yang dikemukkan oleh Soesono (1983), bahwa pada saat sirip caudal dipotong ikan cenderung diam karena sirip caudal yang berfungsi sebagai kemudi dan pendorong utama untuk melaju di dalam air dipotong.
Pada pemotongan semua sirip pergerakan ikan tidak stabil, tidak bisa naik ke permukaan, lambat bergerak dan ikan terlihat agak lemas dan tidak bisa menyimbangkan tubuhnya. Menurut Affrianto (1996), bahwa jika ikan kehilangan salah satu organ tubuhnya maka akan menganggu pergerakan pada ikan tersebut yang tadinya normal menjadi tidak normal lagi atau keseimbangan tubuhnya jadi hilang.
Sisik ikan tumbuh bersamaan dengan tubuhnya, sehingga apabila sisik ikan dihilangkan maka akan terjadi pergerakan tubuh ikan yang tidak seimbang. Menurut Lesmana (2001), pergerakan ikan yang tidak seimbang akan menyebabkan proses pertumbuhan yang kurang baik, karena sisik merupakan salah satu organ keseimbangan dari tubuh ikan.
Pada hasil praktikum ikan yang linea lateralisnya dirusak menyebabkan ikan tersebut sulit mengontrol gerakannya, selalu bergerak ke pinggir, tubuhnya lebih miring ke kiri dan menabrak dinding akuarium. Linea lateralis sangat penting keberadaannya sebagai organ sensori ikan yang dapat mendeteksi perubahan gelombang air dan listrik. Selain itu, linea lateralis juga juga berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungan sekitamya. (Djuhanda, 1981)

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Jika salah satu alat keseimbangan ikan (sirip ikan) ada yang dihilangkan atau dipotong, maka ikan tersebut akan kehilangan kestabilannya pula dalam bergerak / beranang karena sirip merupakan organ keseimbangan tubuh ikan yang sangat berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh ikan.
2. Tiap-tiap sirip dari ikan memiliki fungsi masing –masing dalam menjaga keseimbangan tubuh ikan dan menjaga teraturnya pergerakan ikan dalam air tersebut.
3. Dalam tubuh ikan memiliki keseimbangan, ikan mujair mempunyai gelembung renang dan sirip
5.2   Saran
Saran saya adalah agar praktikum selanjutnya bisa lebih baik lagi, terutama kelengkapan alat-alat praktek perlu diperhatikan lagi agar praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armiko, Bandung.
Fujaya, 1999. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. CV Simpleks (Anggota IKAPI) Jakarta.
­______, 2004. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT Rineka Cipta, Bandung.
______, 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
http://www.entahsiapa15.wordpress.com. Diakses pada tanggal 22 April 2011
http://www.o-fish.com. Diakses pada tanggal 22 April 2011
http://www.ikanmania.wordpress.com. diakses pada tanggal 22 April 2011
Kimball, 1994.  Biologi Jilid 2.  Erlangga, Bogor.
Lesmana, 2001. Organ Keseimbangan Ikan. Gita Media Press,  Surabaya.
Pratignyo, 1984. Mahluk Hidup. Proyek Buku Terpadu, Jakarta.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid II. Binacipta Bandung. http://dkillzone.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 22 April 2011

1 komentar:

  1. Tintatonic Wedding Band - Tintatonic
    Tintatonic Wedding Band. Tintatonic is an ion titanium hair color award-winning wedding band with more than 30 wedding venues titanium watch band to help you find the ideal wedding pure titanium earrings venue nano titanium ionic straightening iron to complete titanium grey

    BalasHapus