Jumat, 24 Juni 2011

LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI

I. PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah adanya proses pernapasan yang dilakukan makhluk hidup tersebut, proses pernapasan merupakan proses pengikat oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan.
Ikan membutuhkan oksigen sebagai salah satu kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidupnya. Oksigen dibutuhkan untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kebutuhan oksigen oleh ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktifitas serta kondisi perairan.
Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan oksigen tersebut, selain dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan tekanan parsial oksigen antara perairan dengan darah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau ke luar melalui alat pernapasan.
Alat pernapasan pada ikan antara lain insang, paru-paru seta alat-alat pernapasan tambahan yang hanya dimiliki oleh ikan tertentu saja. Untuk lebih mengetahui mekanisme pernapasan pada ikan baik dengan alat pernapasan biasa atau alat pernapasan tambahan maka praktikum ini dilaksanakan.
1.2     Tujuan dan kegunaan
Tujuan praktikum Fisiologi Biota Air tentang Respirasi adalah untuk mengetahui mekanisme respirasi pada ikan dari air lewat permukaan insang dan pengambilan oksigen dari udara bebas. Kegunaan diadakannya praktikum adalah agar praktikan dapat melihat secara langsung mekanisme pernapasan ikan baik pengambilan udara di air dan udara bebas.


 II.  TINJAUAN PUSTAKA
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi 4 tahap, yakni: (1) pertukaran udara melalui permukaan alat pernapasan, (2) difusi oksigen dan karbondioksida antara insang dan darah, (3) transpor oksigen dan karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, dan (4) pengaturan pernapasan. Proses ini dapat berlangsung karena adanya perbedaan tekanan parsial gas (Fujaya, 2008).
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam air masuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang (http://gurungeblog.wordpress.com)
Insang pada ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu insang dengan tutup insang (operkulum) dan insang tanpa operkulum. Insang dengan operkulum dimiliki oleh ikan bertulang sejati sedangkan insang tanpa operkulum dimiliki oleh ikan bertulang rawan. Ikan bertulang sejati umumnya memiliki empat pasang insang pada masing-masing sisi faring dan terlindungi oleh operkulum. Masing-masing insang terdirri dari sebuah lengkung insang (arkus brankhialis) dan tersusun atas tulang rawan (http://sweetir1s.multiply.com).
Selain insang atau paru-paru, beberapa jenis ikan memiliki alat pernapasan tambahan yang dapat mengambil oksigen secara langsung dari udara, seperti insang tambahan yang dimiliki oleh ikan lele (claria sp.) bebentuk pohon di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga disebut arborescent organ, kulit yang dimiliki oleh ikan blodok (Periopthalmus dan Boleopthalmus) selain penutup insang yang berkembang berlipat-lipat dan bagian dalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Ikan-ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan mampu bertahan hidup dalam kondisi hipoxia, bahkan anoxia (Soesono, 1983).
Dibandingkan yang terdapat dalam udara, oksigen dalam air lebih sedikit. Udara kira-kira mengandung 20% O2. 1 liter udara mengandung (200 ml O2 pada tekanan udara (P O2) ± 150 mmHg atau 0,2 atmosfer. Dalam air yang jenuh udara, persentase kelarutan gas dan tekanan partialnya adalah sama dengan udara. 1 liter air pada suhu 150o C hanya mengandung 7 ml O2 (Affandi, 1992).
Klasifikasi ikan mujair (Oreochromis mossambicus) menurut Khairul (2008) adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
    Sub kelas : Acanthopterigii
       Ordo : Percomorphi
          Sub-ordo : Percoidea
             Famili : Cichlidae
                Genus : Oreochromis
                    Species : Oreochromis mossambicus
Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas), sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun. Ikan ini berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecoklatan atau kuning. Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari (http://www. ikanmania.wordpress.com).
Menurut Buchar (1999), ikan mujair termasuk ikan pemakan segala (omnivore) yang memiliki sifat rakus terhadap pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan hewan kecil seperti cacing. Kebiasaan makan yang rakus menyebabkan panjang mujair dewasa bisa. mencapai maksimum 40 cm.


 III.  METODE PRAKTEK
3.1   Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Fisiologi Biota Air tentang Respirasi dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 mei 2011, dimulai dari pukul 13.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Biota Air tentang Respirasi yaitu Akuarium, kantong plastik, pan / bak, karet gelang / tali plastik, stopwatch, timbangan neraca (o-hauss) dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Ikan mujair (Oreochromis mossambicus).
3.3        Prosedur Kerja
1.            Menyediakan 3 ekor ikan mujair
2.            Memasukkan ikan mujair ke dalam plastik yang telah diisi air penuh tanpa ada ruang udara, kemudian menutup plastik tersebut dengan karet gelang dan mencatat pernapasannya selama 3 menit dan mengulang sebanyak 10 kali
3.            Bersamaan dengan itu, kemudian meletakkan ikan mujair yang diatas pan tanpa air dan menghitung pernapasannya seperti pada perlakuan normal
4.            Memasukkan ikan mujair ke dalam akuarium dan mencatat pernapasannya dengan waktu yang sama selama 3 menit dan mengulang pada masing-masing perlakuan sebanyak 10 kali

 IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan pada pengamatan maka di dapatkan hasil sebagai berikut :





Grafik 1.Frekuensi Respirasi Normal

v  Perhitungan Respirasi Normal
Rn       = (∑R / n) kali / 3 menit
            = (3658 / 10) kali / 3 menit
            = 365,8 kali / 3 menit
            = 121,93 kali/menit





Grafik 2. Frekuensi Respirasi di dalam Plastik

v  Perhitungan Respirasi dalam Plastik
Rp       = (∑R + Rn) / n + 1 kali / 3 menit
            = (3830 + 121,93) / 10 + 1 kali / 3 menit
            = (3951,93) / 11 kali / 3 menit
            = 359,26 kali / 3 menit
            = 119,75 kali/menit





Grafik 3. Frekuensi Respirasi di Udara Bebas
v  Perhitungan Respirasi di udara Bebas
Rs        = (∑R / 3 n kali) / 3 menit
            = (700 / 3 x 10 kali) / 3 menit
            = (700 / 30 kali) / 3 menit
            = 23,33 kali / 3 menit
            = 7,77 kali/menit
Tabel 1. Berat Ikan

Sebelum
Sesudah
Normal
34,7 gram
33,5 gram
Dalam plastik
45 gram
46 gram
Udara bebas
29,6 gram
28,3 gram

Tabel. 2 Frekuensi Respirasi
3 menit ke-
Normal
Plastik
Udara bebas
1
499
350
157
2
341
353
124
3
347
370
72
4
339
380
114
5
331
375
171
6
370
390
53
7
379
380
9
8
360
387

9
363
400

10
334
445


∑R = 3658
∑R = 3830
∑R = 700

4.2     Pembahasan
Pada grafik frekuensi respirasi normal, ikan berada dalam akuarium diketahui jumlah respirasi ikan mujair pada 10 kali pengulangan tidak sesuai masing-masing 499, 341, 347, 339, 331, 370, 379, 360, 363 dan 334 kali. Jumlah respirasi tersebut dapat dilihat pada perhitungan jumlah respirasi normal yaitu 121,93 kali/memit. Hal ini wajar karena ikan memiliki oksigen yang cukup pada akuarium           (Mahardono, 1979).
Dari hasil praktikum ikan dalam kantong plastik yang diikat dengan karet gelang diketahui jumlah respirasi pada ikan mujair masing-masing 350, 353, 370, 380, 375, 390, 380, 387, 400 dan 445 kali, perhitungan jumlah respirasi pada kantung plastik adalah 119,75 kali/menit. Dilihat dari hasil yang di dapatkan ikan yang berada pada kantong plastik lebih sedikit jumlah pernapasannya dibandingkan dengan jumlah respirasi pada akuarium (normal), berat ikan dalam kantung plastik setelah perlakuan adalah 46 gram. Menurut Rahardi (1993), Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan (kantong plastik) berbeda dengan di kolam atau akuarium. Ikan susah untuk bernapas karena ketersediaan oksigen sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil O2 dan harus menurunkan proporsi tekanan partial (P O2) dari total O2 yang digerakkan dalam air.
Dilihat pada grafik frekuensi respirasi di udara bebas, seharusnya persentase grafiknya menurun namun hasil yang kami dapatkan justru berfluktuasi. Hal ini mungkin disebabkan ikan berusaha untuk menghadapi keadaannya yang berada dalam pan tanpa air sehingga walaupun berusaha mengambil O2 di udara kondisinya semakin lemah sehingga bukaan mulutnya tidak menentu kadang cepat dan kadang lambat. Menurut  Lesmana (2001), Kebutuhan oksigen untuk setiap jenis ikan sangat berbeda karena perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan oksigen langsung dari udara sedangkan oksigen dalam air tidak terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Namun pada praktikum yang dilakukan ikan yang digunakan sebagai sampel bukanlah ikan gesit sehingga praktikan memprediksikan bahwa oksigen terlarut masih berpengaruh dalam kehidupannya. Adapun faktor lain yang menyebabkan persentase pengambilan O2 di udara berfluktuasi mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menghitung bukaan mulut dari ikan dalam setiap interval waktu tiga menit.
Adapun berat ikan di udara bebas sebelum dan sesudah perlakuan adalah 29,6 dan 28,3. Bobot ikan menjadi menyusut. Hal ini mungkin disebabkan adanya pengaruh dari O2 terhadap proses di dalam tubuh. Pada ikan yag berada dalam kantong plastik sebelum dan perlakuan adalah 45 gr dan 46 gr, berat ikan seharusnya menurun atau menyusut namun kami mendapatkan hasil berat badan pada ikan mujair dalam plastik setelah perlakuan lebih besar dibandingkan dengan sebelum perlakuan mungkin praktikan salah dalam mengukur berat badan pada ikan.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.      Pada perlakuan di dalam kantong plastik ikan sedikit mendapatkan oksigen
2.      Ikan mujair mati pada perhitungan ke 7 pada pengamatan di udara bebas
3.   Pada pengamatan respirasi ikan diudara bebas diketahui jumlah respirasi ikan mujair yang diperoleh berfluktuasi.
5.2    Saran
        Saran saya adalah pada waktu praktikum berlangsung menerapkan tata tertib yang sudah di buat agar kegiatan di dalam laboratorium berlangsung tertib  sesuai dengan peraturan yang telah dibuat dan dibacakan kepada praktikan.


DAFTAR PUSTAKA
Affandi, 1992. Biologi Perikanan.  Sinar Baru, Bandung.
Buchar, 1999. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Puslitbang Oseanologi Lipi, Jakarta. www.o-fish.com. Diakses pada tanggal 12 Mei 2011.
Fujaya, 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
http://gurungeblog.wordpress.com. Diakses pada taggal 12 Mei 2011.
http://sweetir1s.multiply.com. Diakses pada tanggal 12 Mei 2011.
http://www.ikanmania.wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Mei 2011.
Khairul, 2008. Kimbal, 1992. Biologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Lesmana. D., 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahardono, 1979. Budidaya Ikan Dalam Tambak. PT.Gramedia, Jakarta.
Soesono, 1983. Anatomi Ikan. Agromedia Pustaka, Jakarta.